Sebagaimana
kita tahu Kanjeng Nabi Muhammad SAW ketika kecil menggembala kambing. Jika kita
lihat dari konteks kekinian, mungkin bisa kita samakan dengan dengan jejak
seorang aktifis dalam keorganisasiannya. Seorang yang menjadi pemimpin dalam
organisasi yang sukses biasanya memulai karir organisasinya dari level
terbawah, dari seorang anggota organisasi menjadi anggota seksi/departemen
dalam kepengurusan, kemudian menjadi ketua seksi sampai akhirnya menjadi
seorang ketua kepengurusan. Seorang aktifis yang berorganisasi memang untuk
mengabdi kepada negri bukan malah mencari pamor apalagi uang.
Jika
kita tarik lebih jauh lagi, aktifis yang sukses dalam mengorganisasikan para anggotanya selalu bisa mengorganisaikan diri sendiri
dalam artian bisa mengatur diri sendiri terlebih dahulu. Dalam bahasa orang Jawa
“ Wong sing pingin iso ngewongke wong kudu iso ngewongke awae dewe ndisik”.
Seorang
pemimpin harusnya mempunyai legitimasi masyarakat terlebih dahulu sebelum
menjadi pemimpin seperti Nabi Muhammad SAW. Beliau sebelum di angkat sebagai
pemimpin agama (baca: diangkat menjadi Rosul oleh Allah SWT, dalam bahasa Jawa Sayyidin
Panatagama) dan sebagai pemimpin suku-suku dalam meletakkan Hajar Aswad
ketika terjadi perebutan siapa yang berhak memasang Kiswah Ka’bah, kemudian pengangkatan beliau sebagai pemimpin negara
di Madinah ketika itu (baca: dalam bahasa Jawa Senopati Ing Alaga),
sebelumnya nabi sudah mendapatkan legitimasi dari masyarakat sehingga mereka
menjuluki nabi dengan Al Amin (baca: dalam bahasa Indonesia orang yang
terpercaya). Sampai-sampai kafir Quraisy yang masih memusuhi Nabi pun tetap
percaya menitipkan harta mereka kepada Nabi, dan harta mereka dikembalikan oleh Nabi ketika beliau mau
hijrah.
Melihat
perpolitikan masa kini, banyak sekali kita menemukan orang-orang yang dengan
santainya memajukan diri sebagai calon pempimpin, entah eksekutif, legislatif
maupun yudikatif. Belum
mendapatkan legitimasi sudah maju sendiri walaupun sebagian ada yang sudah
seperti Pak Jokowi dengan model kerja 70% di lapangan karena tidak mau begitu
saja duduk manis di kantor menerima
laporan dengan alasan laporan seringkali tidak sesuai dengan lapangan. Pak Anis
Baswedan dengan Indonesia mengajarnya di daerah terluar, terdepan dan
terisolir. Pak Anis, sosok yang patut kita teladani, langsung memberikan solusi
konkret aksi nyata untuk mengatasi masalah negri ini yang begitu komplek, bukan
malah menyalahkan pemerintah.
Sementara
calon lain banyak wajah lama yang masih di gembor-gemborkan seperti Pak Wiranto,
Bu Megawati, Pak Prabowo dan Pak Aburizal Bakri. Tak tahu menahu latar belakang
apa yang membuat mereka masih berkeinginan maju dalam pentas perpolitikan
Pilpres 2014 tahun ini. Ada lagi pedangdut Rhoma Irama yang berusaha naik
melalui PKB. Kemudian Pak Mahfudz MD mantan ketua MK yang memang dikenal bersih
dalam karirnya.
Semua
bakal calon punya kelebihan masing-masing. Siapakah Presiden terpilih yang anda
harapkan?.Yang terpenting plihlah calon yang benar-benar di legitimasi
masyarakat. Jangan sampai kita menjadi pemilih yang tolol, bisa dibeli dengan money
politic. Jangan sampai hidup kita selama lima tahun ditukar dengan 100 ribu
yang hanya habis untuk dua hari. Jadilah pemilih yang cerdas. Selamat memilah
dan memilih !!! ^_^
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda