Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku
walau saatu ayat.” (HR. Al-Bukhari 3461)
Jangan melihat pahala yang akan kita dapatkan ketika menyebarkan
ajaran Allah SWT karena pahala hanyalah secuil “efek samping” yang kita
peroleh karena menjalankan perintah Allah dan Rasulullah SAW. Tetapi jadikan
kewajiban kita sebagai umat islam yang harus saling berbagi, tolong menolong,
memberi kebermanfaatan, dan saling mengingatkan untuk menyampaikan ajaran Allah
SWT walau hanya satu ayat saja.
Jika kita melihat dari sudut pandang yang berbeda tersebut maka
dalam berdakwahpun akan tumbuh keikhlasan yang tulus dalam hati kita. Kita
tidak perlu berpikir dan menghitung seberapa banyak pahala yang akan kita
peroleh jika menyampaikan ajaran-Nya, atau kita sama saja seperti memberi dan
berharap imbalan. Naudzubillah...
Apabila kita melihat dari sudut pandang kewajiban sebagai muslim
maka dalam menjalankannya pun akan terasa ringan dan tidak terbebani. Dengan
begitu apa yang kita sampaikan pun Insya Allah akan benar-benar sampai sesuai
dengan seharusnya.
Ya,
berdakwah merupakan kewajiban kita sebagai umat islam. Dakwah berasal dari
bahasa Arab yaitu دعا يدعوا دعاة/
دعوة. Jadi kata du’aa atau
dakwah dalam isim Masdar dari du’aa yang keduanya mempunyai arti sama yaitu
ajakan atau panggilan. Menurut pendapat ulama Basrah, dasar pemanggilan kata
dakwah itu adalah kata dari masdar yakni دعوة yang artinya
panggilan. Sedangkan menurut ulama Kuffah, perkataan dakwah itu diambil dari
akar kata دعا
yang artinya telah memanggil-manggil.
Beberapa hadist berikut akan menjelaskan tentang pentingnya
kewajiban kita untuk berdakwah,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra
dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah dariku walaupun
satu ayat.” [HR.
Bukhari]
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ
الْإِيمَانِ
“Siapa saja yang melihat kemungkaran
hendaknya ia mengubah dengan tangannya. Jika dengan tangan tidak mampu,
hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan tidak mampu maka
ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” [HR. Muslim]
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَا يُعَذِّبُ الْعَامَّةَ بِعَمَلِ
الْخَاصَّةِ حَتَّى يَرَوْا الْمُنْكَرَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِمْ وَهُمْ قَادِرُونَ
عَلَى أَنْ يُنْكِرُوهُ فَلَا يُنْكِرُوهُ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَذَّبَ
اللَّهُ الْخَاصَّةَ وَالْعَامَّةَ
“Sesungguhnya Allah tidak akan
mengadzab orang-orang secara keseluruhan akibat perbuatan mungkar yang
dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka melihat kemungkaran itu di depannya,
dan mereka sanggup menolaknya, akan tetapi mereka tidak menolaknya. Apabila
mereka melakukannya, niscaya Allah akan mengadzab orang yang melakukan
kemungkaran tadi dan semua orang secara menyeluruh.” [HR. Imam
Ahmad]
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ
عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ
حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ
عَنْ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا
مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ
جَعْفَرٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ
“Demi Dzat Yang jiwaku ada di dalam
genggaman tanganNya, sungguh kalian melakukan amar makruf nahi ‘anil mungkar,
atau Allah pasti akan menimpakan siksa; kemudian kalian berdoa memohon kepada
Allah, dan doa itu tidak dikabulkan untuk kalian.” [HR. Turmudziy,
Abu ‘Isa berkata, hadits ini hasan]
Nah sudah jelas kan bagaimana Allah memerintahkan kita untuk
berdakwah sebagai kewajiban?. Dakwah tidak harus didepan mimbar dengan jama’ah
yang mendengarkan melimpah ruah, dakwah tidak harus dengan baju yang mewah dan
uang berlimpah, dakwah tidak harus dengan microphone dan sound
system. Tidak kawan, Allah tidak melihat dari segi itu. Tetapi Allah SWT
melihat bagaimana niat dan ketulusan kita untuk berdakwah. "Innamal a'malu
binniyat".
Dakwah dilakukan dengan suasana hati yang tentram agar apa yang
kita sampaikan dapat diterima dengan lapang oleh orang lain. Bukan dengan ketegangan
ataupun kekerasan yang justru menimbulkan perpecahan. Sesungguhnya agama islam
itu adalah agama yang damai bukan?
Disamping itu seiring dengan perkembangan IPTEK saat ini, kita
dapat memanfaatkan banyak sekali tekonologi sebagai media untuk kita berdakwah.
Jadi, tidak ada alasan untuk tidak membagi ilmu yang telah kita peroleh apalagi
ilmu agama. Jadi tunggu apa lagi, yuk berdakwah! Tapi tidak rasis ya kawan,
karena islam itu no rasis dan menghargai toleransi...
Salam hangat UKM Remo untuk kalian para pembaca yang budiman, salam
Cinta Indonesia Cinta Shalawat...
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda