“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.La
ilaha illallah wallahu Akbar,Allahu Akbar
walillaahil-hamd"
walillaahil-hamd"
Gema takbir dan
tahmid terdengar merdu dari sumbernya. Ada yang dari masjid mewah perkotaan, mushola
di pinggiran jalan, surau di pedesaan, hingga balai tempat solat ied di tengah
perkampungan. Semua memuji kebesaran Allah tanpa pandang jabatan, usia dan
pangkat mereka. Banyak orang beramai-ramai pergi mendirikan sholat ied. Sebuah pemandangan
langka yang terjadi hanya dua tahun sekali mungkin. Ya saat Hari Raya Idul
Fitri dan Hari Raya Idul Adha.
Beberapa bulan
yang lalu, tepatnya bulan Juni umat islam telah merayakan hari raya idul fitri.
Sebuah hari dimana kita menjadi “suci kembali” seperti bayi baru lahir. Dan
pada bulan ini, bertepatan dengan 1 September 2017 umat islam kembali merayakan
hari raya idul adha 1438 H.
Hari raya idul adha (bahasa
Arab: عيد الأضحى) atau lebaran haji biasa orang Indonesia menyebutnya, merupakan
hari diperingatinya peristiwa kurban, yaitu ketika Nabi Ibrahim, yang bersedia untuk mengorbankan putranya untuk Allah, kemudian sembelihan itu digantikan oleh-Nya dengan domba.
Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Ied bersama-sama di tanah lapang atau di masjid, seperti ketika
merayakan Idul Fitri. Setelah
salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi
Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti
putranya. Oleh karena itu, hari raya idul adha juga biasa disebut dengan hari
raya kurban.
Adapun hewan yang biasanya diperuntukkan
kurban yaitu kambing, sapi, domba, kerbau dan unta. Setelah disembelih lalu sepertiga daging kurban diberikan kepada teman dan tetangga, dan sepertiga
daging kurban kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.
Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul
Fitri. Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa
bagi umat Islam.
Seperti dikutip dari wikipedia menjelaskan bahwa umat Islam
meyakini, bahwa pilar dan inti dari ibadah Haji adalah wukuf di Arafah, sementara Hari Arafah itu sendiri adalah hari ketika jamaah haji
di tanah suci sedang melakukan wukuf di Arafah, sebagaimana sabda Nabi saw:
“Ibadah haji
adalah (wukuf) di Arafah.” — HR At
Tirmidzi, Ibnu
Majah, Al
Baihaqi, ad Daruquthni, Ahmad, dan al Hakim. Al Hakim berkomentar, “Hadits ini sahih, sekalipun dia berdua [Bukhari-Muslim] tidak mengeluarkannya”.
Dalam hadits yang dituturkan oleh Husain bin
al-Harits al-Jadali berkata, bahwa amir Makkah pernah menyampaikan khutbah, kemudian
berkata:
“Rasulullah saw. telah berpesan kepada kami agar kami menunaikan ibadah
haji berdasarkan ru’yat (hilal Dzulhijjah). Jika kami tidak bisa menyaksikannya, kemudian ada dua saksi adil (yang
menyaksikannya), maka kami harus mengerjakan manasik berdasarkan kesaksian mereka.” — HR Abu Dawud, al Baihaqi dan ad Daruquthni. Ad Daruquthni berkomentar, “Hadits ini isnadnya bersambung, dan sahih.”
Hadits tersebut menjelaskan bahwa Pertama,
pelaksanaan ibadah haji harus didasarkan pada hasil ru’yat hilal 1 Dzulhijjah,
sehingga kapan wukuf dan Idul Adhanya bisa ditetapkan. Kedua, pesan Nabi kepada
amir Makkah, sebagai penguasa wilayah, tempat di mana perhelatan haji
dilaksanakan untuk melakukan ru’yat; jika tidak berhasil, maka ru’yat orang
lain, yang menyatakan kesaksiannya kepada amir Makkah.
Sebagai pamungkas,
segenap keluarga besar UKM Rebana Modern Unnes mengucapkan, selamat Hari Raya
Idul Adha 1438 H “Taqabbalallahu minna wa minkum”. Semoga Allah menerima amalan
kami dan amalan kalian. Semoga Allah istiqomahkan kita hijrah dalam kebaikan,
aamiin, aamiiin, aamiin, Ya Rabbal ‘alaamiin.
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar Anda